RISET NILAI
BUDAYA JAWA DAN ISLAM DI MUSEUM RANGGAWARSITA
Mini Riset
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Islam dan Kebudayaan Jawa
Dosen Pengampu : M. Rikza
Chamami, M.Si
Oleh :
Yuli Arfan (133511032)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Museum Ranggawarsita merupakan
sebuah aset pelayanan publik yang berfungsi sebagai pelestarian budaya, wahana
pendidikan dan rekreasi yang terletak di Jl. Abdul Rahman Saleh No. 1 Kalibanteng Kulon Kota Semarang, Jawa Tengah. Museum ini diresmikan tanggal 5 Juli 1975 dan memiliki koleksi lebih dari 50.000 unit.
Selain memamerkan puluhan ribu koleksi budaya yang ada di Jawa, museum
Ranggawarsita juga dilengkapi dengan berbagai
sarana dan prasarana penunjang sehingga dapat dinikmati oleh pengunjung. Fasilitas tersebut antara lain 4 gedung pameran tetap, yang masing-masing terdiri dari 2 lantai, Ruang bioskop 3 dimensi,
taman, auditorium
dan satu ruang koleksi emas.
Dalam mini riset ini akan dijelaskan mengenai konsep
penataan koleksi, sirkulasi dan zoning pada museum Ranggawarsita serta
nilai-nilai budaya jawa dan Islam yang terdapat pada beberapa koleksi
berdasarkan lima aspek peninggalan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep penataan koleksi, zoning, dan sirkulasi pada museum
Ranggawarsita ?
2. Bagaimana nilai-nilai budaya Jawa dalam lima aspek peninggalan ?
3. Bagaimana nilai-nilai Islam dalam lima aspek peninggalan budaya ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Penataan Koleksi, Zoning, dan Sirkulasi
1. Konsep Penataan Koleksi
Kondisi penataan koleksi musium tidak sebanding dengan
perkembangan jumlah koleksi yang ada saat ini, sehingga pada tahun 2008 dilakukan
penataan ulang dengan tujuan agar museum lebih terlihat menarik. Hal-hal yang
diperhatikan adalah pengaturan pola sirkulasi, sifat konsep penataan kombinasi
dan tematik,pengembangan materi koleksi yang spesifik, penyajian yang lebih
representatif dengan adanya kombnasi 2D dan 3D, dan ketersediaan serta optimasi
kondisi ruang eksisting,
2. Zoning
a) Gedung A
Gedung ini merupakan Ruang Geologi dan
Paleontologi. Pada lantai satu menampilkan Gunungan Blumbangan, Meteorid,
Material gunung berapi, stalaktit dan stalakmit, serta batu mulia. Pada lantai
dua menampilkan kerangka gajah elephas, fosil gading gajah purba (Stegodon yang
panjangnya lebih dari 3 meter, replika fosil Pithecanthropus Erectus VIII,
fosil tanduk kerbau dan lukisan tentang kehidupan fosil.
b) Gedung B
Gedung ini merupakan ruang sejarah
Hindu-Budha, Islam dan Kolonial, dan Keramik dan Batik. Pada lantai satu memuat
sejarah Hindu-Budha, Islam dan Kolonial, Arca Ganesha terbesar, arca
bodhisatwa, pintu panduraksa masjid Kudus. Pada lantai dua memuat keramik pada
dinasti Ming abad XIV dan batik dari beberapa kabupaten di jawa.
c) Gedung C
Pada lantai satu menggambarkan masa penjajahan
dan gerakan nasional. Sedangkan pada lantai dua menampilkan koleksi peralatan
dan perlengkapan hidup.
d) Gedung D
Pada lantai satu gedung ini menampilkan
koleksi sejarah pasca kemerdekaan dan koleksi era reformasi. Sedangkan pada
lantai dua menampilkan seni budaya dan tradisi serta Efnografi
3. Sirkulasi
Pengunjung menerus pada lantai dasar (lantai
1) terhadap gedung koleksi yaitu dari gedung A,B,C ke D. Kemudian dilanjutkan
ke lantai 2 dengan urutan kebalikannya, yaitu dari gedung D,C,B ke A.
B. Nilai-Nilai Budaya Jawa dalam Lima Aspek Peninggalan.
1. Masjid Demak
Masjid Demak mempunyai bangunan-bangunan induk
dan serambi. Bangunan induk memiliki empat tiang utama yang disebut saka
guru. Salah satu dari tiang utama tersebut konon berasal dari
serpihan-serpihan kayu, sehingga dinamai saka tatal. Bangunan
serambi merupakan bangunan terbuka. Atapnya berbentuk limas yang ditopang
delapan tiang yang disebut saka Majapahit. Di Masjid ini juga terdapat
“Pintu Bledeg”, mengandung candra sengkala, yang dapat dibaca Naga Mulat
Salira Wani, dengan makna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H. di dalam
lokasi kompleks Masjid Agung Demak terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan
Demak dan para abdinya. Di sana juga terdapat sebuah museum, yang berisi
berbagai hal mengenai riwayat berdirinya Masjid Agung Demak.
2. Menara Masjid Kudus
Menara Kudus berada dalam satu kompleks dengan
masjid Kudus, tepatnya disamping kanan masjid. Menara ini didirikan bersamaan
dengan dibangunnya masjid Kudus pada abad ke XVI Masehi. Letaknya di desa
Kauman kabupaten Kudus.
Bangunan
dan hiasannya jelas menunjukkan adanya hubungan dengan kesenian Hindu Jawa
karena bangunan Menara Kudus itu terdiri dari 3 bagian, yaitu kaki, badan,
dan puncak bangunan. Kaki dan badan menara dibangun dan diukir dengan tradisi
Jawa-Hindu, termasuk motifnya. Ciri lainnya bisa dilihat pada penggunaan
material batu bata yang dipasang tanpa perekat semen. Teknik konstruksi
tradisional Jawa juga dapat dilihat pada bagian kepala menara yang berbentuk
suatu bangunan berkonstruksi kayu jati dengan empat batang saka
guru yang menopang dua tumpuk atap tajug.
3. Wayang
Wayang dalam bahasa jawa berarti “bayangan”. Secara umum, pengertian wayang
adalah suatu bentuk pertunjukan tradisional yang disajikan oleh seorang dalang,
yang dibantu oleh wiyaga atau orang penabuh gamelan dan waranggana atau
penembang dengan menggunakan boneka atau sejenisnya sebagai alat pertunjukan.
Wanyang adalah buah karya seni adi luhung bangsa Indonesia. Ia merupakan
wujud hasil olah sistem gagasan dan perilaku masyarakat Indonesia. Secara
falsafati, wayang dapat diartikan sebagai bayangan atau pencerminan yang ada
dari dalam jiwa manusia. Sifat-sifat yang dimaksud antara lain seperti watak
angkara murka, kebajikan, serakah dan lain sebagainya. Wayang sebagai tinggalan
karya budaya nenek moyang bangsa Indonesia telah dijadikan tontonan, tuntutan
dan sekaligus tuntunan dalam alam pikiran dan kehidupan bermasyarakan di
Indonesia.
4. Batik
Kondisi alam dan budaya telah mengilhami corak batik Jawa. Corak batik
tersebut memiliki makna dan kedudukan tertentu dalam kehidupan masyarakat. Di
jawa dikenal batik pedalaman dan batik pesisiran. Batik pedalaman berciri khas
warna gelap seperti coklat maupun hitam. Adapun batik pesisiran memiliki corak
warna khas yaitu warna warni.
Keindahan corak batik bertambah beraneka ragam seiring dengan perjalanan
waktu serta sifat keterbukaan dan menerima budaya manca. Hal ini tampak dari
batik dengan pengaruh Cina, Belanda, Jepang, dan Islam. Sekarang ini, kebebasan
berekspresi yang terbuka dan perasaan kebanggaan terhadap budaya lokal telah
merangsang melahirkan corak batik khas daerah masing-masing.
5. Keris dan Tosan Aji
Tosan aji adalah sejenis senjata pusaka dari logam besi yang mendapat
tempat terhormat di mata masyarakat, diantaranya berupa keris, tombak, dan
pedang. Di Indonesia, ia merupakan wujud hasil olah gagasan dan perilaku
masyarakat Indonesia. Budaya keris itu sendiri telah melalui proses pelajaran
yang panjang yaitu sekirat abad ke VII. Nilai-nilai filosofisnya telah mewarnai
budaya dan membentuk jati diri serta identitas bangsa yang mencerinkan karakter
masyarakat Indonesia.
Keris dari sisi lain merupakan wujud aktualisasi dari pemikiran seorang
empu terhadap lingkungannya. Hal ini melahirkan pula berbagai fungsi keris di
masyarakat seperti, fungsi sosial, fungsi budaya, fungsi ekonomi, dan fungsi
religi. Keris sebagai tinggalan karya budaya nenek moyong bangsa Indonesia yang
telah lekat dalam alam pikiran dan kehidupan masyarakat Indonesia, perlu
disebarluaskan dan dipahami secara utuh ke masyarakat luas, sehingga bersama-sama
merasa memiliki dan melestarikannya.
C. Nilai-Nilai Islam dalam Lima Aspek Peninggalan Budaya
1. Masjid Demak
Masjid ini menggunakan atap limas bersusun tiga yang
berbentuk segitiga sama kaki yang mempunyai makna Iman,Islam dan
Ihsan. Atap limas ini berbeda dengan umumnya atap
masjid di Timur Tengah yang lebih terbiasa dengan bentuk kubah. Di samping itu, masjid ini memiliki lima buah pintu
yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lain, yang memiliki makna
rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Rukun iman juga digambarkan
pada masjid ini, yaitu dengan adanya enam buah jendela yang menunjukan iman kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya,
rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari kiamat, dan qadha dan qadar-Nya.
2. Menara Masjid Kudus
Bentuk menara masjid Kudus ini dimaksudkan
untuk menarik simpati masyarakat hindu pada waktu itu untuk memeluk Islam. Pada bagian puncak atap tajug terdapat semacam mustaka (kepala) seperti pada puncak atap
tumpang bangunan utama masjid-masjid tradisional di Jawa yang jelas merujuk
pada unsur arsitektur Jawa-Hindu.
Konon ceritanya, menara ini menunjukkan
kedidagyaan Sunan Kudus sebagai penyebar agama Islam. Bangunan ini dipercaya
sebagai bangunan yang dibuat oleh Sunan Kudus dalam waktu semalam dan terbuat
dari sebuah batu merah yang terbungkus dalam sapu tangan berasal dari Makkah. Di
dalamnya terdapat kolam masjid, kolam yang merupakan
"padasan" tersebut merupakan
peninggalan kuna dan dijadikan sebagai tempat wudhu.
3. Wayang
Dalam perkembangannya, saat dunia
Islam mulai menyentuh pewayangan terjadi perubahan besar diseputar pewayangan.
Cerita yang berhubungan dengan dewa-dewa diubah supaya akidah Islam bisa masuk
dalam hati sanubari masyarakat. Hal ini dilakukan karena adanya dorongan
untuk menyebarkan Islam di jawa secara halus dan tidak terkesan memaksa.
Perkembangan yang terjadi sampai sekarang ini masih tersisa bahwa perjuangan
para Walisongo telah mengilhami ketolerensian agama Islam dengan budaya setempat.
4. Batik
Terdapat berbagai corak batik di Indonesia,
misalnya batik Pelo Ati yang digambarkan dengan motif-motif bunga dan dedaunan
yang secara filosofis memuat ajaran tasawuf.
Motif ayam pada batik Pelo Ati mengibaratkan mahluk hidup yang memiliki hati yang diibaraktan sebagai sifat-sifat baik pada manusia seperti zuhud, qana’at, shabar, tawakal, mujahadah, ridla, syukur dan ikhlas. Kemudian gambar ampela burung yang digambarkan berada di luar tubuh burung. Ampela adalah tempatnya kotoran dan harus dibuang sehingga dapat diibaratkan sebagai sifat-sifat buruk manusia yang harus dibuang.
Motif ayam pada batik Pelo Ati mengibaratkan mahluk hidup yang memiliki hati yang diibaraktan sebagai sifat-sifat baik pada manusia seperti zuhud, qana’at, shabar, tawakal, mujahadah, ridla, syukur dan ikhlas. Kemudian gambar ampela burung yang digambarkan berada di luar tubuh burung. Ampela adalah tempatnya kotoran dan harus dibuang sehingga dapat diibaratkan sebagai sifat-sifat buruk manusia yang harus dibuang.
5. Keris dan Tosan Aji
Keris pada
mulanya merupakan sebuah sarana sesaji. Keris merupakan simbol dan memiliki
muatan-muatan religius yang dapatdi lihat dari bentuk dapur (tiap-tiap
rincikan) dan pamornya. Keris dianggap sebagai pertemuan antara sang guru
bakal (pasir besi dari bumi) dan guru
dadi (batu meteor yang jatuh dari langit) sehingga merupakan satu konsep
yang mendasar dari bersatunya hamba dan Tuhannya. Keris sebagai sarana sesaji
hingga saat ini masih dapat dilihat pada upacara-upacara keagamaan di Jawa dan
Bali. Memang keris tak lepas dari nilai spiritual, namun setiap keris selalu
diciptakan oleh sang Empu untuk hal yang baik. Ada yang berfungsi supaya
omongan (pembicaraan) selalu dipercaya orang, menambah kewibawaan,
memperoleh rezeki dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada tahun 2008 museum ronggowarsito ini
dilakukan penataan ulang. Penataan ulang tersebut dilakukan karena jumlah
koleksi tidak sesuai dengan kondisi museum pada saat itu. Gedung ronggowarsito
terdiri dari empat gedung, yaitu; gedung A, B, C, D. Dari empat gedung tersebut
terdiri dari dua lantai.
Peninggalan yang
mengandung nilai-nilai budaya Jawa diantaranya; Masjid Agung Demak, masji agung
demak ini memiliki arsitektur yang dipengaruhi kerajaan yang berdiri di Demak.
Menara masjid Kudus, memiliki arsitektur yang dipengaruhi oleh budaya Hindu
Jawa. Batik, batik merupakan salah satu karya seni ciri khas Indonesia yang
memiliki corak beragam dan memiliki makna tersendiri. Wayang menjadi salah satu
budaya peningalan nenek moyang yang menjadi tontonan sekaligus tuntunan. Keris
merupakan wujud ekspesi dari seorang empu, yang memiliki fungsi budaya,
ekonomi, maupun kepecayaan.
Nilai-nilai
islam pada masjid Demak disimbolkan pada bantuk bangunannya, atapnya mempunyai
makna Iman, Islam dan Ihsan, pada pintunya menyimbolkan rukun Islam dan pada
jendelanya menyimbolkan rukun iman. Menara masjid Kudus menunjukkan kedidagyaan
Sunan Kudus sebagai penyebar agama Islam. Wayang bertujuan agar akidah Islam bisa masuk dalam hati sanubari
masyarakat Jawa. Motif batik pelo ati
mempunyai pelajaran tasawuf. Keris sebagai suatu
konsep yang mendasar dari bersatunya hamba dan Tuhannya.